Sunday, 24 July 2016

10 Pesan moral film "AADC 2 "

Artikel oleh : soleh solihun
Mantan wartawan yang kini jadi komika alias stand up comedian, penyiar radio, dan pengisi program televisi. 
Dua minggu lalu, saya baru kesampaian nonton film Ada Apa Dengan Cinta 2, setelah dua juta orang lebih dulu menontonnya.
Alhamdulillah, kali ini saya bisa menonton bersama istri, berbeda dengan ketika AADCpertama rilis, 14 tahun lalu. Saat AADC, saya menontonnya bersama seorang teman pria, di bioskop 21 Jalan Maskumambang, Bandung, yang kini telah tiada.
Saya masih ingat, mengantre siang hari bolong, ada di barisan paling depan, sedangkan antrean mengular jauh ke belakang, dan para pengantre sebagian besar remaja putri. Haha. Gengsi, tapi ditahan. Biarlah malu, yang penting rasa penasaran terobati.
Karena ingatan ini, AADC 2 akan menarik bagi mereka yang punya kenangan tersendiri pada film pertamanya. Buat yang belum pernah menonton, atau tak merasa terkesan oleh film pertamanya, maka AADC 2 akan jadi film yang biasa saja.

Membedah teknologi dan mitos pokemon Go

Jakarta - Kehebohan yang ditimbulkan oleh permainan Pokémon Go akhir-akhir ini memang cukup fenomenal sekaligus unik. Fenomenal karena melibatkan tidak hanya pemain (gamer), tapi bahkan sampai pejabat pemerintah (dari menteri sampai wakil presiden) ikut komentar atau mengeluarkan aturan/larangan. Umumnya, karena kekhawatiran terhadap aspek keamanan, khususnya penyadapan data oleh pihak asing. Padahal, game ini belum dirilis secara resmi di Indonesia.
Unik, karena Pokémon Go pada dasarnya adalah sebuah permainan/game berbasis mobile apps. Seperti layaknya game lainnya, apps ini lebih ditujukan untuk menghibur dan menyenangkan penggunanya. Pemain game umumnya anak kecil-anak muda, bukan golongan pejabat dan orang tua.
Tak kenal maka tak sayang, karena teknologi yang digunakan dalam game ini cukup inovatif (sehingga belum banyak dipahami), maka banyak timbul kesalahpahaman dan hoax. Mari kita bahas satu-satu teknologi yang digunakan berikut mitos yang menyertainya.